Aku serah segalanya pada-Mu

Tempat aku mencurah rasa yang membungkam di jiwa. Seakan ingin menyembunyi, aku dendangkan rasa hati yang serba-serbi kini tidak aku fahami. Aku punya semangat yang berkobar-kobar untuk melihat orang di sekelilingku mengetahui yang hak dari segenap perkara. 
Dikemukakan kepadaku satu peluang yang lebih besar untuk aku mencapai apa yang aku inginkan. Tapi aneh yang kurasakan. Aku memilih untuk tidak menggunakan malah ingin bersusah-susah mengikut rentak sendiri. Sedangkan aku mengetahui mengapa tidak mengambil peluang sedangkan ianya amat berharga. Pelik dan hairan. 

Aku hanya seorang pelajar yang mempelajari ilmu alam tapi bercita-cita untuk menulis dan berkecimpung dalam dunia sastera. Yang diinginkan hanyalah ilmu yang tersebar dan mampu mendidik generasi akan datang supaya hatinya berpegang dengan seyakin-yakinnya pada Islam. Ingin mereka menjadi generasi yang pantas untuk mengemudi negara.

Kadang amarahku diuji oleh orang sekeliling yang mempersoalkan tindakanku yang sepertinya tidak berbangga dengan masa silam, kemajuan dan hadiah yang dikurniakan. Bukan aku tidak menerima segala kebaikan yang diberi, tapi aku juga punya prinsip yang terbentuk atas masa silam yang hadir, kemajuan yang ditakuti dan hadiah yang berlebihan kerana hati ini bukan satu makhluk yang tetap selama-lamanya. 

Ia diuji dari masa ke masa hingga aku takut akan berdiri dan takut akan lenaku. Tiap tegak dirianku dihantui oleh kemegahan yang tidak memandang ke bawah dan tiap lenaku diburu oleh kenikmatan yang melupakan. Sedar diri ini lebu duli yang berterbangan oleh angin Yang Maha Kuasa. Oleh itu, hati ini lebih rela jatuh selamanya dari berdiri megah atas kepercayaan dan kekuasaan diri sendiri.

Tiap api yang marak untuk nikmat hidangan datang dari-Nya. Tiap udara yang tersedia diberi oleh-Nya. Tiap dirian yang mampu datang dari-Nya. Aku punya apa? Tiada apa tapi pinjaman-Nya. Aku serahkan segala jiwa dan ragaku pada-Mu dan aku pohon bawa aku ke jalan redha-Mu.

Comments